D’Media (09/02/2022) – “It’s my dream mas, not her!” Inilah satu kalimat yang ramai diperbincangkan di jagad sosial media belakangan ini. Bahkan beragam meme hadir dan sengaja dibuat oleh warganet untuk ikut meramaikan. Serial Layangan Putus yang mulai hadir menghiasi layar kaca Indonesia pada tahun 2021 ini menarik perhatian banyak orang dari segala lapisan masyarakat.
Namun siapa sangka, sebelum sukses meraih perhatian warganet melalui tayangan serial di salah satu platform streaming film, kisah ini dihadirkan melalui sebuah novel dengan judul yang sama. Ada peran salah satu alumnus Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya) di balik boomingnya novel Layangan Putus ini. Abimanyu Surya Nagara, alumnus Prodi Desain Komunikasi Visual Undika angkatan 2014, merupakan sosok yang mendesain cover novel Layangan Putus.
“Awal saya bisa menjadi pendesain cover novel ini karena dikenalkan oleh teman saya, yang juga seorang penulis, kepada redaksi RDM Publisher atau MD Entertaiment,” ujar Abimanyu. Lebih lanjut ia bercerita bahwa pada kesempatan itu ia bertemu dengan Bung Dedi, yang akhirnya memilihnya dan menjadi perantara dengan sang penulis, Mommy ASF. “Dari situ saya melalui proses brainstorming, dan juga mendengarkan garis besar kisah Layangan Putus ini dari Bung Dedi,” ungkapnya.
Diketahui bahwa kisah ini pertama kali diunggah di akun Facebook Mommy ASF dengan tagar #LayanganPutus. Berdasarkan kisah nyata, novel dan serial yang viral ini menceritakan tentang rumah tangga seorang istri yang memiliki suami relijius dan bahkan memiliki saluran YouTube dakwah. Namun, ternyata sang suami melakukan perselingkuhan dan telah menikah dengan perempuan lain tanpa sepengetahuan sang istri.
Abimanyu menjelaskan bahwa setelah proses brainstorming yang dilakukan Bersama RDM Publisher, Abimanyu pun menuangkan ide kreatifnya dengan menggambarkan satu tokoh perempuan berhijab memegang bunga calla lily, serta satu tokoh perempuan berhijab lain sedang bersanding dengan seorang laki-laki berjas biru. “Di cover tersebut sosok utama saya gambarkan memegang bunga calla lily yang melambangkan kemurnian dan mengisyaratkan pribadi sang tokoh,” jelas pria kelahiran 11 Januari 1996 ini. Dalam konsepnya, Abimanyu menggunakan warna pastel dengan dominasi warna pink dan ungu di dalamnya. “Pemilihan warna tersebut tentu saja tidak lepas dari ciri khas lukisan saya yang agak pastel dan melankolis,” terang Abimanyu.
Meskipun cerita yang dihadirkan melalui tulisan di novel dan serial Layangan Putus terdapat beberapa perbedaan, Abimanyu merasa tidak kaget jika kemudian novel Layangan Putus ini menjadi salah satu buku best seller dan banyak diburu oleh masyarakat Indonesia. “Tidak kaget sih ya, karena kan sebelum diangkat ke layar kaca, tulisan Mommy ASF ini telah menarik perhatian ratusan ribu pembaca hingga viral,” tutur Abimanyu.
Pria yang sekarang sedang menempuh pendidikan S2 di Jakarta ini juga sudah menulis dua buku lain yang berjudul Eufloria, yang diterbitkan oleh Penerbit Bukune, dan Exflotion yang diterbitkan oleh Grasindo. “Saya berharap akan lebih banyak project yang bisa saya tangani ke depannya,” tutur Abimanyu. Adanya pencapaian ini ia berpesan untuk jangan pernah minder dengan karya sendiri dan jangan cepat merasa puas diri. “Ingat, dengarkan kritik yang membangun, abaikan hal-hal yang menghambat kamu berkarya,” motivasinya bagi para mahasiswa Undika. (Cla)