Berita

Bikin Cuplikan Sejarah dan Garap Museum Virtual

Menyusuri lorong Mueseum Teknoform memang terasa berbeda. Tak banyak celoteh siswa-siswa SD yang penasaran dengan beragam benda jadul seperti biasanya. Hanya ada Galih Permata Putra, pengelola Museum Teknoform, yang harus datangt tiap hari.

Sudah menjadi rutinitas bagi Galih datang ke museum saat tutup. Tugasnya tak banyak, yaitu mengecek suhu ruangan. Kedengarannya sepele. Tapi bagi museum yang memiliki ratusan benda dengan bahan bervariasi, menjaga suhu aman adalah proses berharga. “Apalagi disini banyak yang bahannya besi. Nggak bisa kita biarkan karatan,” ucapnya.

Suhu ruangan ideal bagi museum yang berlokasi di wilayah Universitas Dinamika, Kedung Baruk tersebut berkisar 30 hingga 50 derajat celcius.

Artikel Lainnya :  Undika Ajarkan Cara Bikin Lima Jenis Soal di Wordwall pada Ratusan Pengajar

“Paling baik sebenarnya tak lebih dari 45 dearajat,” jelas Galih.

Dia juga harus memastikan sirkulasi tetap sehat dengan mengaktifkan dua exhaust selama 24 jam. Kebersihan benda-benda koleksi pun harus dijaga. Tidak adanya lagi kunjungan bukan berarti koleksi dibiarkan berdebu. Apalagi, salah satu koleksi alat ketik lawas yang mulai macet. “Ini mestinya tombol hurufnya nggak miring begini,” ucapnya kemudian tertawa.

Setelah museum-museum diminta tak beroperasi, pengelola Museum Teknoform harus putar otak. “Nggak bisa dimungkiri, karea kita masih baru, belum beken, lah kamu diam saja, makin terkubur namanya,” jelas Kepala Museum Teknoform Ryan Adi Djauhari saat ditemui Senin (1/6).

Akhirnya, sejumlah strategi digagas. Ringkasan sejarah per kategori dibuat. Museum Teknoform memang memberikan infromasi perjalanan waktu benda-benda yang memudahkan kehidupan manusia. Kategorinya beragam. Ada alat ketik, alat hitung, telepon, ponsel, hingga alat gaming. Total ada 80 lebih kategori.

Artikel Lainnya :  Lima Tim Universitas Dinamika Berhasil Raih Dana Hibah P2MW dari Kemendikbudristek

“Nah kita buat dalam format PDF singkat yang dikeluarkan setiap dua minggu. Judulnya Benang Merah,” imbuhnya.

Selain itu, pengelola menjadwalkan talk show virtual di tengah musuem. Setiap dua minggu, satu tema terkait pengelolaan museum atau perkembangan teknologi digarap dengan narasumber ahli. (*/cg/git)

Berita ini telah tayang di Koran Jawa Pos

Repost oleh PR Undika (Lathifiyah)