“Saya sangat hati-hati dan disiplin mematuhi protokol kesehatan Covid-10,” ujar Pro. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd. kala kami memulai wawancara di ruang kerja Rektor Universitas Dinamika (Undika) pada media, Juli 2020.
Ia mengenakan masker dan tetap berada di meja kerjanya, sementara WF dipersilahkan duduk dimkursi tamu yang berjarak sekitar 2 meter dari meja prof. Budi. “Kita harus mematuhi protokl kesehatan untuk memperkecil resiko bagi diri kita masing-masing. Apalagi bagi orang seusia saya,” tegas Profesor bidang Pendidikan Fisika Zat Padat ini.
Menurut Prof. Budi kampusnya juga memiliki Gugus Covid. “Kami peduli pada kesehatan. Pada setiap akhir minggu, tepatnya hari Jumat sore, semua dosen dan karyawan wajib mengisi data dengan jujur terkait Covid-19. Data-data itu dianalisa oleh Gugus Covid Undika, yang tentu melibatkan para dokter. Pada hari minggu sore diumumkan, minggu berikutnya siapa yang boleh masuk kerja dan siapa yang tidak boleh masuk kerja dan harus isolasi mandiri. Puji Tuhan sampai sekarang karyawan Undika bebas dari pasien Covid-19,” katanya.
Profesor berusia 60 tahun ini memasuki tahun ke-9 menjadi Rektor Undika. Ketika bergabung pada 2011 ia langsung didapuk menjadi Ketua kala Undika masih bernama STIKOM dan masuk dalam kelompo Sekolah Tinggi. Sejak 2014 jabatannya berubah menjadi Rektor kala STIKOM beralih menjadi institut. Pada 2019 ketika STIKOM berubah menjadi Universitas Dinamika (Undika) Prof. Budi tetap dipercaya menjadi Rektor.
Setahun yang lalu dalam wawancara khusus dengan WF, Prof. Budi telah menyampaikan pandangannya tentang revolusi indsutri 4.0. Tak terbayang sebelumnya, tetapi itulah kenyataan hari ini, siap atau tidak siap, suka atau tidak suka,” katanya.
Menurut Prof. Budi, Universitas Dinamika yang fokus pada prodi-prodi berbasis IT relatif lebih siap menghadapi tantangan dan tuntutan perubahan budaya kerja, studi, dan kehidupan umumnya sebagai dampak pandemi Covid-19. “Ketika kami mengajukan ijin pembukaan Fakultas Ekonomi sempat dipersoalkan bahwa fakultas itu termasuk sudah jenuh, tetapi akhirnya diijinkan karena kami berhasil meyakinkan mereka bahwa justru Fakultas Ekonomi adalah pemula karena kami mengembangkan Fakultas Ekonomi berbasis IT. Hari ini kita tidak lagi berbicara, melainkan kita menghadapi kenyataan bahwa berbagai aspek kehidupam, terutama aktivitas kampus harus berbasis IT. Siapa yang menyangka bahwa pada tahun 2020 ini kuliah bahkan sekolah online adalah sebuah keharusan?,” katanya.
“Fokus Undika adalah IT. Kami punya aplikasi perkuliahan bernama ‘Brilian’ dengan berbagai keunggulannya. Jadi ketika ada yang mungkin masih sibuk urus aplikasi, kami tidak ada masalah, bahkan kami justru menjual aplikasi solusi sistem informasi. Aktivitas kerja para karyawan maupun perkuliahan bagi dosen dan mahasiswa dapat langsung dilakukan sejak pemerintah megharuskan bekerja dan kuliah dari rumah,” ungkap Prof. Budi mantap.
Praktikum-praktikum dari para mahasiswa juga dapat berjalan sebagaimana mestinya dan tidak menemukan kendala berarti. “Ada aplikasi untuk praktikum. Untuk mahasiswa Teknik Komputer ada simulator untuk praktikum,”
Guru Besar Tetap di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini mengakui bahwa Covid-19 juga berdampak secara ekonomi kepada para mahasiswa lantaran kesulitan-kesulitan ekonomi yang dialami para orangtua mahasiswa. Menghadapi itu Undika mengambil langkah cepat. “Saya memangkas 60% anggaran pada pos program kerja dan mengalikannya untuk membantu mahasiswa yang terdampak,”
Walaupun selama pandemi ini ruang gerak masyarakat dibatasi serta menigkatnya kekhawatiran, sehingga mengakibatkan menurunnya calon mahasiswa baru antar daerah, termasuk dari NTT tetapi Prof. Budi tetap optimis. “Memang soal jumlah mahasiswa baru sangat terasa. Tetapi itu adalah adalah situasi umm, bukan hanya Undika. Kami tetap optimis karena secara teknologi kami sangat siap. Kegiatan perkuliahan daring sejak awal pandemi pada bulan Maret berjalan tanpa kendala berarti. Pada semester gasal ini pun kami siap jalankan itu. Kami patuh pada ketentuan pemerintah. Jadi saat ini mahasiswa kita, termasuk mahasiswa baru berada di NTT pun tetap bisa kuliah. Apalabila nanti pemerintah mengijinkan kuliah tatap muka kami akan ikuti itu,”
Anggota Majelis pada Gereja Kristen Jawi Wetan, Jambangan, Surabaya ini menegaskan lagi, “Selain basuc IT yang menjadi ciri kami, sejak dulu Undika juga hadir sebagai kampus NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Disini ada mushola kampus yang menyelenggarakan sholat Jum’at. Setiap tahun kami mengadakan perayaan Natal, Imlek, dan hari besar keagamaan lainnya. Undika adalah kampus multikultural, ruang dan rumah untuk semua agama, suku, ras, dan golongan. Para mahasiswa asal NTT pun pasti akan nyaman di kampus Undika,”. (Leo Larantukan)