Berita

Film Pendek Kidung Karya Mahasiswa Undika Raih Juara II

Film pendek berjudul Kidung karya mahasiswa DIV Produk Film dan Televisi (Profiti) Universitas Dinamika (Undika) atau STIKOM Surabaya berhasil meraih Juara II pada  ajang East Java Tourism Award 2021. Film yang menceritakan tokoh bernama Ayu ini diproduksi oleh Litani, yakni mahasiswa Profiti Undika dari angkatan 2021 yang terdiri dari 11 mahasiswa. 

Sutradara Alansyah Zainur Roshiqin mengatakan film yang diproduksi selama empat hari di Kota Malang ini bertujuan mengedukasi penonton tentang kekayaan alam, budaya dan kesenian yang ada di Indonesia, khususnya Jawa Timur. 

“Nah selain tiga hal tersebut juga kami ingin menunjukkan bahwa dengan tekad, semangat tinggi dan jiwa tidak mau menyerah akan memperoleh kehidupan dan pribadi yang lebih baik,” kata Alan. 

Adapun beberapa mahasiswa lainnya yang terlibat adalah Naufal Hanif Fiersanto, Muhammad Maulana Ilham Alhamdani, Umbu Peddy Mahambilir, Ignatius Bagas Sulistyo Putro, Muhammad Hafizh, Timothy Joaquin Walone, Muhammad Daffa’ Naufal Arsyad, Bryan Ardhana Putra Rianto, Muhammad Nur Iman, dan Yonathan Irwandi. 

Artikel Lainnya :  Pameran ‘Melebur Atma Amerta’ Suguhkan Ragam Seni dan Kreativitas

Ia menjelaskan film pendek ini mengisahkan seorang wanita (Ayu) yang bermimpi mendapatkan wangsit untuk mendapatkan kidung di suatu telaga. Dengan semangat dan rasa keingintahuan Ayu atas mimpinya, ia berkelana ke beberapa tempat untuk menemukan arti kidung meski dilarang oleh ibunya. 

“Ayu yakin bahwa dengan menemukan kidung itu akan dapat menjadi manusia yang lebih baik,” katanya. 

Alan menyampaikan bahwa film berdurasi kurang lebih 7 (tujuh) menit ini menghabiskan anggaran kurang lebih Rp 5 juta. Dan menariknya, kidung dalam film ini dinyanyikan langsung oleh dalang generasi ketiga dari Sunan Giri Gresik yakni Mat Kauli.

Script writer Naufal Hanif Fiersanto menyampaikan tahap observasi membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu. Dan untuk penulisan naskah sudah siap sebelum produksi. 

“Namun ada beberapa perubahan naskah untuk mengkondisikan situasi di lapangan. Jadi ada yang membuat naskahnya satu hari sebelum pengambilan gambar,” kata dia. 

Artikel Lainnya :  FDIK Gelar Gestaltif “Reoccur” di Royal Plaza

Ia menjelaskan terdapat lima lokasi yang dikunjungi untuk proses produksi film ini, yakni di Kota Malang meliputi Lembah Indah, Telaga Madiredo, Taman Flores, toko bunga Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik untuk merekam kidung dari Mbah Mat. 

Naufal berharap dengan film pendek ini dapat mengingatkan kepada generasi muda tentang kebudayaan leluhur dan meningkatkan pariwisata di Jawa Timur. Film pendek bisa dilihat di Youtube dengan mengetik judul film Kidung Official Short Movie 2021.

Sementara itu Pembimbing Produksi Film Kidung, Mega Pandan Wangi, M.Sn. merasa bangga pada mahasiswa yang berhasil memproduksi film Kidung dan bahkan mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur.

“Dengan film Kidung ini semoga bisa memperkenalkan tempat wisata di Jawa Timur,” kata Pandan yang juga sebagai Dosen Profiti Undika.

Menurutnya karya film pendek Kidung sudah bagus, apalagi ini masih mahasiswa semester pertama yang belum mendapat bekal secara mendalam tentang produksi film. Selanjutnya mahasiswa Profiti Undika akan diajarkan melakukan produksi film agar menjadi lebih baik lagi karya-karyanya. Biasanya fokus pembuatan skrip, pengambilan gambar dan lainnya akan diajarkan mulai semester 2. Fiy

Artikel Lainnya :  Museum Huruf Jember di Satu Ruang

Kidung  :

Mingkar-mingkuring angkara

(Membolak-balikkan kata)

Akarana karenan mardi siwi

(Karena hendak mendidik anak)

Sinawung resmining kidung

(Tersirat dalam indahnya tembang)

Sinuba sinukarta

(Dihias penuh warna )

Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung

(Agar menjiwai hakikat ilmu luhur)

Kang tumrap ing tanah Jawa

(Yang ada di tanah Jawa/nusantara)

Agama ageming aji

(Agama “pakaian” diri)

Jinejer ning Wedhatama

(Tersaji dalam serat Wedhatama)

Mrih tan kemba kembenganing pambudi

(Agar jangan miskin budi pekerti)

Mangka nadyan tuwa pikun

(Padahal meskipun tua dan pikun)

Yen tan mikani rasa

(bila tak memahami rasa)

Yekti sepi sepa lir sepah asamun

(Tentu sangat kosong dan hambar seperti ampas buangan)

Gonyak-ganyuk nglelingsemi