Hallo teman-teman semuanya~ gimana hari ini? Semoga selalu hepi-hepi yaa… kali ini, kita akan bahas tentang karakter dasar untuk menjadi akuntan handal. Nah kalau kalian ada passion untuk jadi seorang akuntan, artikel ini cocok buat kalian! Ada 8 karakter dasar sebagai seorang akuntan yang perlu kalian ketahui nih, yuk disimak!
Etika seorang Akuntan
Ilmu Akuntansi, seperti bidang ilmu lain, tentunya menjunjung nilai-nilai etik tersendiri di lingkungan bisnis maupun masyarakat secara umum. Etika tertinggi yang dipegang, dalam akuntansi, adalah “akuntabilitas” (accountability) atau dapat dipertanggungjawabkan.

(Sumber: Freepik.com)
Setiap angka yang tercatum dalam laporan akuntansi (baik manajemen maupun keuangan) harus dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mewujudkan akuntabel, diperlukan kondisi-kondisi tertentu yang hanya bisa diwujudkan jika seseorang memiliki karakter dasar yang diperlukan, yang semakin lama akan terasah dan secara tidak langsung membuat karakter dasar ini kian muncul dan menjadi karakter utama seorang akuntan profesional berada, baik di lingkungan bisnis maupun sosial masyarakat.
Berikut ini adalah karakter dasar yang wajib dimiliki untuk menjadi akuntan yang handal:
1. Harus Akurat
Berbicara akuntansi pasti akan membahas 2 hal, yaitu: angka dan uang. Angka yang dihasilkan seorang akuntan itu harus akurat. Pekerjaan akuntansi esensinya adalah mengakurasikan dan mengakuntabelkan angka uang yang dipergunakan dalam aktivitas usaha.
Dari masa studi hingga menjadi seorang profesional, orang akuntansi dididik untuk menjadikan akurasi sebagai nilai yang tidak boleh dikompromikan. Nyaris tidak ada ruang untuk tidak akurat.
Ketidakakuratan adalah cacat,
Ketidakakuratan adalah masalah,
Ketidakakuratan adalah kegagalan.
Di sisi kehidupan manapun, akurasi adalah nilai positif. Akurasi menimbulkan trust (kepercayaan) dari pihak lain baik di lingkungan bisnis maupun lingkungan sosial masyarakat. Sesuatu yang akurat jauh lebih dihargai dibandingkan yang kurang atau tidak akurat.
2. Seorang Akuntan harus Logis
Pada kenyataannya akuntansi bukanlah sepenuhnya ilmu pasti (exacta) ilmu akuntansi banyak menggunakan prinsip dan asumsi, namun masih dalam kisaran logis. Dalam memahami persoalan (pekerjaan) akuntansi, orang akuntansi sendiri tidak sepenuhnya kaku, bisa menerima hal-hal yang masih dalam kisaran logis, tetapi tidak untuk sesuatu yang tidak logis.

(Sumber: Freepik.com)
Itu sebabnya mengapa orang akuntansi, dalam kesehariannya, adalah orang-orang yang lebih banyak menggunakan logika dibandingkan hal lain. Orang akuntansi tidak mudah menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Logis adalah nilai positif dalam dimensi kehidupan manapun, baik dalam lingkungan bisnis maupun sosial masyarakat.
3. Sangat Detail
Akurasi membutuhkan detail, tanpa detail yang cukup, akurasi tidak akan tercapai. Setiap pekerjaan akuntansi, yang manapun, selalu detail. Bagi orang akuntansi, sesuatu yang tidak detail cenderung tidak akurat otomatis tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Itu sebabnya mengapa orang akuntansi cenderung terbiasa terhadap hal-hal yang sifatnya detail dan tidak terbiasa dengan yang sebaliknya.
4. Logika yang Terukur
Logika yang masih bisa diterima dalam akuntansi adalah logika yang terukur. Sehingga bisa dibilang bahwa, logika yang terukur (di atas kertas dan dalam pelaksanaan) adalah kualitas terendah yang bisa ditoleransi, dalam akuntansi. Segala sesuatunya, jika tidak bisa exact, minimal harus logis dan terukur.
Logika yang dianggap terukur oleh akuntansi adalah logika yang tertuang dalam prinsip dan asumsi yang sudah melalui pengujian yang cukup, lalu disepakati bersama dan diterima oleh umum alam literature disebut Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
Terlebih-lebih tugas utama seorang akuntan, di lingkungan bisnis, adalah mengukur kinerja perusahaan dari aspek keuangan. Maka keterukuran adalah nilai minimal yang bisa diterma. Untuk bisa melaksanakan fungsi utama sebagai pengukur, khsusunya di lingkungan bisnis, seorang akuntan dituntut untuk berpikir, berbicara, bersikap, dan bertindak, serba terukur.
Konkretnya: seorang akuntan berpikir, berbicara, lalu melakukan tindakan berdasarkan fakta yang dibackup oleh data. Jika tidak ada data, minimal menggunakan logika yang terukur, yaitu: standar akuntansi dan undang-undang pajak.
5. Memiliki Mindset Konsisten
Prosedur akuntansi (pengukuran, pengakuan dan pelaporan) harus konsisten. Metode apapun yang digunakan harus konsisten. Satuan ukur terkecil yang digunakan harus konsisten. Format penyajian laporan harus konsisten
Tuntutan konsistensi tersebut, jelas atau tersamar, terefleksi dalam pola-pikir dan perilaku orang-orang akuntansi itu sendiri—di lingkungan manapun berada; mereka cenderung menunjukan pola-pikir dan perilaku yang konsisten.
6. Disiplin yang Tinggi
Tanpa disiplin tinggi, konsistensi tidak akan terjadi. Konsistensi, butuh disiplin tinggi:
Tidak menyepelekan fakta (data) sekecil apapun;
Taat pada prosedur dan kebijakan perusahaan;
Taat pada aturan pemerintah;
Taat pada standard dan kode etik;
Taat pada prinsip yang berterima umum dan praktek yang lazim
Disamping akurasi dan konsistensi, laporan yang dibuat melalui proses akuntansi—yaitu laporan keuangan—harus relevan, disajikan tepat waktu, tidak kedaluarsa. Untuk bisa memenuhi target waktu penyampaia laporan keuangan, juga memerlukan disiplin yang tinggi.
Secara keseluruhan, pekerjaan akuntansi tergolong pekerjaan yang membutuhkan disiplin yang tidak main-main.
7. Penuh dengan Kejujuran
Tentu jujur adalah hal terpenting dalam mewujudkan akuntabilitas. Boleh dikatakan bahwa, kejujuran adalah hal paling terakhir yang bisa dipegang dari seorang akuntan—pada saat akurasi, detail, kelogisan, keterukuran, konsistensi dan lain-lainnya, terpaksa tidak bisa diwujudkan.
Seburuk-buruknya kinerja seorang akuntan, minimal dia harus jujur. Tanpa itu, maka habislah karirnya. Konkretnya, laporkan kondisi keuangan perusahaan apa adanya, tanpa ada niat melakukan kecurangan—baik atas nama sendiri, kelompok, maupun perusahaan itu sendiri.
8. Kegigihan yang Ekstra
Meskipun tidak serumit membuat mesin roket, pekerjaan akuntansi tergolong tidak sederhana dan bersifat teknikal—mengandung kerumitan yang memerlukan pembelajaran khusus untuk bisa menguasainya. Tidak bisa instant. Untuk bisa memahami dan menjalankan pekerjaan akuntansi dengan baik, dibutuhkan level kegigihan yang ekstra. Dalam banyak kasus, khususnya di lingkungan KAP, bekerja dalam jam yang panjang adalah sesuatu yang lumrah.

(Sumber: Freepik.com)
Disamping teknikal, akuntansi juga bersifat dinamis, terus mengalami perubahan—mengikuti perkembangan lingkungan bisnis. Memilih akuntansi, harus siap untuk terus belajar (sambil bekerja) sepanjang waktu, Kegigihan, kemauan dan daya juang yang tinggi, adalah nilai positif, dimanapun—syarat mutlak yang dibutuhkan untuk sukses dalam menjalankan profesi apapun.
Secara keseluruhan, melalui pembelajaran akuntansi, semua orang akuntansi sudah dibekali dengan nilai-nilai dasar diatas. Hanya saja, diperlukan kesungguhan dan keseriusan untuk bisa menjaga dan merefleksikan nilai tersebut.
Nah, berikut 8 tips menjadi seorang akuntan yang handal. Semoga tips-tips ini bisa berguna bagi teman-teman sekalian yaa 🙂 tetap semangat! jiayou! hwaiting!
Kalau kalian butuh tips-tips seputar akuntansi lainnya, Universitas Dinamika ada prodi S1 Akuntansi loh! Di prodi ini, kalian bisa belajar tentang akuntansi keuangan, akuntansi perpajakan, pengauditan, sistem basis data akuntansi, dan masih banyak lainnya. Cocok banget buat kalian yang punya cita-cita seputar akuntansi, yaitu menjadi financial accountant, public accountant, dan tax consultant/auditor.
Kalau kalian ingin ngobrol-ngobrol lebih lanjut tentang prodi S1 Akuntansi, kalian bisa menghubungi CS Admin di nomor 082225555456 dan kepoin official akun Instagramnya di @akuntansi_undika. Selain itu, kalian bisa cek artikel-artikel seputar akuntansi melalui tombol di bawah, dan bisa cek artikel lainnya di sini.
Referensi
IAI Global