Forum

Ketika AI Mengubah Dunia Investasi: Antara Munculnya Peluang dan Kewaspadaan

“Investasi itu hanya buat orang kaya, ya?”
Pertanyaan ini sering dilontarkan kepada saya di berbagai kesempatan seminar, webinar, atau kegiatan pelatihan. Jawaban saya selalu sama: bukan. Investasi bukan soal seberapa besar penghasilan seseorang, namun seberapa bijak kita mengelola keuangan demi masa depan.

Di era digital saat ini, dunia investasi telah mengalami banyak perubahan sedemikian cepat dibanding sebelumnya. Munculnya Artificial Intelligence (AI), robo-advisors, dan teknologi blockchain telah membawa revolusi senyap secara perlahan tapi pasti menggantikan cara lama dalam mengambil keputusan di bidang finansial.

Teknologi saat ini bukan sekadar tren, namun sudah menjadi bagian dari ekosistem global di bidang finansial. Tanpa disadari, saat seseorang membuka aplikasi investasi di ponsel, kemudian membaca dan mempelajari rekomendasi saham, atau sekedar menonton video soal analisis kripto, di situlah AI sedang bekerja.

Investasi Kini Butuh Data

investasi butuh data
Ilustrasi Data yang Dibutuhkan untuk Investasi

Di masa lalu, seorang investor yang handal mengandalkan pengalaman, naluri, dan kesabaran. Hal itu disebabkan keterbatasan manusia membaca data yang banyak. Sekarang AI dapat menganalisis data pasar yang sangat besar yang disebut big data, mengalisis sentimen publik di media sosial, menggambarkan pola atau tren, hingga menghasilkan laporan keuangan hanya dalam hitungan detik.

Dengan High-Frequency Trading (HFT), AI menggunakan algoritma machine learning untuk memprediksi tren harga saham, mengatur portofolio, dan dapat melakukan transaksi secara otomatis. Hasilnya, AI mampu memproses data jauh lebih cepat dibandingkan manusia.  Mesin-mesin super cepat tersebut bekerja dibalik layar pada saat melakukan pembelian dan penjualan saham dalam waktu milidetik sehingga mampu menghasilkan keuntungan selisih harga sekecil berapapun dengan kuantitas yang besar.

Apakah AI dapat Diandalkan?

Dari penjelasan di atas, sekilas terkesan bahwa teknologi AI terlihat sempurna dan dapat diandalkan. Namun kenyataan menunjukkan bahwa teknologi memang hebat, tapi belum sempurna. Bagaimanapun, AI tetaplah tools belaka yang bekerja dan menjadi canggih tergantung pada data yang diinputkan padanya. Di dunia TI ada istilah: “Garbage in, garbage out.” Artinya, apabila data yang dimasukkan sampah atau salah, maka hasil analisis AI juga akan salah atau menyesatkan.

Hal tersebut telah terbukti pada saat pandemi COVID-19 melanda di awal 2020. Hampir semua model AI gagal memprediksi dampaknya terhadap pasar global.  Mengapa? Jawabannya tidak lain tidak bukan, karena tidak ada data historis yang serupa pandemi COVID-19 yang terjadi awal 2020 sehingga AI tidak mampu memperoleh data masukan apa yang telah pernah terjadi dan pada akhirnya gagal memprediksi dampaknya.

Bukan hanya itu, AI juga sangat rentan terhadap manipulasi data. Apabila seseorang dengan maksud tertentu menyebarkan berita palsu di media sosial, maka hal tersebut dapat memicu algoritma pada AI reaksi secara otomatis melakukan penjualan besar-besaran berakibat timbulnya flash crash di pasar saham sebagaimana terjadi pada tahun 2010 ketika indeks Dow Jones tiba-tiba anjlok lebih dari 1.000 poin hanya dalam beberapa menit.

Mengutip apa yang dikatakan Albert Einstein, “The human spirit must prevail over technology.” Dalam dunia investasi, apa yang dikatakan Albert Einstein bermakna bahwa manusia harus tetap jadi pengendali, bukan sekadar penonton yang bergantug sepenuhya pada mesin dengan algoritmanya. Bagi investor pemula, kemunculan robo-advisors seperti Bibit, Ajaib, Betterment, dan Wealthfront memang sangatlah membantu. Robo-advisors memungkinkan siapa pun memulai investasi hanya dengan beberapa klik dan modal minim. Tools ini dapat secara otomatis menyusun portofolio sesuai dengan profil risiko penggunanya.

Namun, yang harus diingat, robo-advisors tetaplah robot. Mereka tidak punya intuisi, tidak bisa membaca dinamika sosial politik, dan tentu tidak bisa memahami tujuan hidup pribadi manusia. Bisa saja pada saat pasar sedang panik, algoritma justru menyarankan kita menjual, padahal itulah saat terbaik untuk membeli.

Blockchain dan Cryptocurrency

ilustrasi blockchain dan cryptocurrency
Ilustrasi Blockchain dan Cryptocurrency

Teknologi blockchain telah membawa perubahan besar pada bidang finansial. Sistem terdesentralisasi yang diterapkan memungkinkan transaksi dilakukan tanpa perantara, keamanan yang transparan dan tentu saja lebih efisien. Seluruh aset properti, karya seni, hingga saham dapat ditokenisasi dan diperdagangkan secara digital.

Di sisi lain, muncul dunia baru bernama Decentralized Finance atau DeFi, yang menjanjikan kebebasan dari regulasi tradisional. Namun, kebebasan inipun membawa risiko tinggi antara lain terjadinya penipuan, volatilitas harga, dan minimnya pengawasan membuat investor harus lebih waspada.

Dapatkah AI Menggantikan Investor Manusia?

Meskipun AI semakin hari semakin canggih, namun bagaimanapun ia tetaplah mesin atau tools yang tidak mempunyai intuisi, kebijaksanaan, dan nilai-nilai yang dimiliki manusia . AI tidak bisa merasakan, bermimpi, mempertimbangkan etika apalagi dampak sosial dari keputusan yang diambilnya.

Dalam dunia investasi, tidak semua hal hanya dihitung dengan angka. Terkadang, kunci kesuksesan seorang investor justru ketika ia memiliki nyali untuk bertahan saat pasar jatuh, atau memiliki keyakinan terhadap visi jangka panjang suatu perusahaan. Sebagai investor legendaris dunia, Warren Buffett pernah meyatakan: “The most important quality for an investor is temperament, not intellect.”

Butuh Kolaborasi yang Baik

Ilustrasi Berkolaborasi Bersama
Ilustrasi Berkolaborasi Bersama

AI dan teknologi akan terus berkembang, dan kita tidak mungkin menghentikan apalagi menolaknya. Tapi kita punya pilihan, apakah kita menyerahkan sepenuhnya keputusan finansial kita kepada AI, atau menjadikannya alat bantu pendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas. AI dapat digunakan untuk membaca big data, mempercepat proses analisis, dan memberi insight.

Namun, manusia harus tetap berpikir kritis, mencocokan dengan hasil riset dan pengalamannya, serta menjaga prinsip investasi yang sehat yaitu diversifikasi, disiplin, dan penuh kesabaran. Sepertinya masa depan investasi bukan tentang manusia melawan mesin, tapi tentang kolaborasi cerdas antara keduanya, di mana AI memiliki logika, sedangkan manusia memiliki kebijaksanaan.


Itulah pembahasan tentang AI dan investasi. Teknologi yang semakin canggih dan pintar harus senantiasa diiringi oleh pemikiran kritis dan sisi emosional yang dimiliki manusia.

Jika ingin memelajari lebih dalam tentang investasi atau manajemen di era teknologi yang makin pesat ini, program studi Manajemen Bisnis di Universitas Dinamika adalah pilihan yang tepat. Kalian dapat belajar tentang management information system, international business, artificial intelligence in business, dan masih banyak lainnya. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, kalian bisa ngobrol bersama student admission kami di nomor 082225555456 dan kepoin akun Instagram @manajemendinamika.id.

Masih ingin membaca seputar manajemen? Klik link artikel di bawah ini yuk!

Artikel Terbaru

Open chat
Hai, Ada yang bisa kami bantu ?