Hallo teman-teman desainer dan calon desainer 🤗 semoga sehat dan happy terus yaaaw… kali ini kita bakal bahas tantangan generasi muda di era digital dalam desain nih. Tapi tenang ajaa, ga cuma tantangan aja, tapi kita juga bakal bahas sisi peluang untuk temen-temen sekalian.
Yuk kita langsung bahas tantangan generasi muda di era digital dalam desain beserta peluang yang bisa didapat!
Tantangan Generasi Muda di Era Digital
Di era digital dan pertukaran informasi yang serba cepat saat ini, bidang ilmu desain mengalami perkembangan pesat. Dengan kemajuan teknologi, desain menjadi lebih mudah diakses dan memiliki peran yang semakin vital dalam berbagai bidang, mulai dari pemasaran, media sosial, hingga pengalaman pengguna (UI/UX). Terutama di Indonesia dimana pemerintah sudah mulai memperhatikan desain sebagai bagian dari industri kreatif karena memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.
Namun, di balik perkembangan ini, ada sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh para desainer muda baik di Indonesia maupun secara global. Tantangan generasi muda di era digital dalam bidang desain meliputi:
1. Kehadiran Teknologi AI dan AR
Tantangan pertama adalah desainer dituntut untuk terus belajar dan beradaptasi agar tidak tertinggal akan penggunaan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) dan augmented reality (AR). Sebagai desainer, teknologi merupakan hal yang sangat erat kaitannya sebagai tools yang digunakan dalam membuat karya. Terlebih maraknya penggunaan AI dalam pembuatan karya desain dapat menjadi 2 mata pisau bagi para desainer.
Salah satu sisi, AI dapat membantu mempercepat proses kerja, memungkinkan desainer fokus pada kreativitas dan konsep yang lebih mendalam. Namun di sisi lain, AI dapat menjadi pesaing desainer itu sendiri karena siapapun dapat membuat karya desain dengan kualitas visual yang sangat baik hanya dengan memberikan perintah berupa teks singkat pada AI.
Seperti contoh pada gambar di bawah ini di mana gambar pertama merukan karya desain menggunakan AI yang dibuat hanya dengan memasukkan 4-5 kata, memiliki kualitas visual yang tidak kalah bagusnya dengan karya desainer nasional Diela Maharani pada gambar kedua.


Dengan adanya tantangan terkait perkembangan teknologi dan risiko plagiarisme, para desainer muda juga dihadapkan pada peluang untuk memperkaya kreativitas mereka. Selain itu, pemanfaatan teknologi dan pendekatan yang tepat dalam mengolah referensi dapat membuka jalan bagi penciptaan karya desain yang inovatif dan orisinal.
2. Mencari Referensi ≠ Plagiarisme
Dalam dunia desain, mencari referensi di internet adalah langkah yang wajar dan bahkan dianjurkan. Tidak ada desain yang benar-benar murni 100%, karena setiap karya adalah hasil dari inspirasi dan adaptasi berbagai elemen yang telah ada sebelumnya. Namun, penting bagi desainer untuk tidak sekadar meniru, melainkan mengolah referensi menjadi sesuatu yang unik dan memiliki ciri khas sendiri. Tantangan generasi muda di era digital yang satu ini adalah hal yang perlu menjadi extra attention temen-temen desainer.
Dengan pendekatan ini, desainer dapat menciptakan karya yang tetap orisinal dan relevan di era digital. Seperti karya desain karakter Mickiv oleh Desainer Nasional Arkiv Vilmansa yang mengambil karakter Mickey milik Disney sebagai referensi. Terdapat kesamaan namun terdapat beberapa perbedaan yang memberikan ciri khas berupa line art karya desain Arkiv.
Namun di sisi lain, semakin mudah mengakses karya desain di internet dapat meningkatkan risiko pencurian karya atau plagiarisme, yang bisa merugikan para desainer. Maka dari itu, hak cipta dan plagiarisme merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh para desainer.


Namun, tetap ada peluang buat kamu di tengah gempuran teknologi!
Meskipun tantangan generasi muda di era digital dalam bidang desain, seperti plagiarisme dan perkembangan teknologi dapat menambah beban, mereka juga membuka peluang baru yang dapat dimanfaatkan oleh desainer muda untuk terus berinovasi.
Dengan memanfaatkan kemudahan akses informasi dan teknologi digital, desainer kini dapat merambah pasar global, meningkatkan kualitas karya, dan memperluas jangkauan proyek mereka, baik di tingkat lokal maupun internasional. Era digital telah membuka peluang yang sangat luas bagi desainer untuk mengakses pasar global, tidak terbatas pada wilayah geografis tertentu. Melalui platform freelance dan jejaring profesional online, desainer dapat bekerja dengan klien dari berbagai negara dan budaya, memperluas jangkauan proyek mereka.
Selain itu, perusahaan multinasional yang membutuhkan desain komunikasi visual pun sering kali membuka peluang bagi desainer untuk bergabung dengan tim mereka, baik secara remote maupun di kantor pusat. Hal ini memungkinkan desainer untuk mengasah kemampuan mereka dalam bekerja dengan berbagai tim internasional, serta memperoleh pengalaman dan penghasilan yang lebih besar. Dengan begitu, pasar yang luas ini memberikan tantangan sekaligus kesempatan bagi desainer muda untuk terus berkembang dan meningkatkan portofolio mereka di tingkat global.
—
Itulah beberapa tantangan generasi muda di era digital dalam bidang desain yang perlu temen-temen ketahui. Walau ditengah gempuran teknologi yang sedang meroket, kita sebagai desainer harus tetap mempertahankan orisinalitas karya kita yaa! Tetap semangat temen-temen desainer, kalian hebat! 🤩
Nah, selain jadi desainer, di DKV kalian bisa jadi art director, illustrator, game designer, animator, brand consultant juga loh! Di Universitas Dinamika ada prodi S1 DKV dan di sini kalian bakal belajar animation, illustration, game design, copywriting, dan masih banyak lainnya. Kalian juga bisa dapet sertifikasi Adobe Certified Professional (ACP) dan BNSP buat pendamping CV kalian waktu ngelamar kerja. Kalo mau ngobrol-ngobrol lebih lanjut tentang S1 DKV, bisa banget menghubungi ke nomor 082225555456.
Pengen ngepoin seputar DKV Undika? Yuk gasss klik link artikel di bawah ini dan cek official Instagram DKV Undika di @dkvundika 😄