Berita

HUT ke-41, Universitas Dinamika Lahirkan Guru Besar Pertama di Bidang Teknologi Pembelajaran

D’Media, (02/05/2024) – Pada hari Selasa (30/04/2024), Dosen sekaligus Wakil Rektor III Universitas Dinamika (STIKOM Surabaya) yang bernama Bambang Hariadi telah dikukuhkan menjadi Guru Besar. Ia berhasil meraih gelar profesor dalam bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran.


Acara Pengukuhan Guru Besar ini bertepatan dengan peringatan Dies Natalis ke-41 Universitas Dinamika. Acara ini telah diselenggarakan pada pukul 09.00 hingga 11.00 di Ruang Laksda Mardiono, lantai 1 gedung Universitas Dinamika. Acara ini dihadiri oleh para tamu-tamu undangan, seperti perwakilan dari LLDIKTI Wilayah VII, Ketua Pembina Yayasan Putra Bhakti Sentosa (yayasan yang menaungi Universitas Dinamika) beserta pengurus lainnya, keluarga dan kerabat dari Bambang Hariadi, struktural non-dosen, dosen, dan masih banyak lagi.


Acara dibuka oleh Budi Jatmiko, Rektor Universitas Dinamika, yang membuka Rapat Terbuka Senat Universitas Dinamika terkait Pengukuhan Guru Besar, dan dilanjutkan oleh pembacaan salinan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tentang kenaikan jabatan akademik dosen oleh Pantjawati Sudarmaningtyas, Wakil Rektor I Universitas Dinamika.

Artikel Lainnya :  Undika Gelar Wisuda Offline Luluskan 152 Mahasiswa

Setelah pembacaan keputusan Menteri, acara pun dilanjut ke prosesi pengukuhan guru besar yang dipimpin oleh Rektor Universitas Dinamika sekaligus pengalungan gordon ke Bambang Hariadi, yang menjadi penanda bahwa Bambang resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran Fakultas Desain dan Industri Kreatif (FDIK) Universitas Dinamika.


Lorensia Jen Putriana Ndoily, selaku Ketua Pelaksana Acara, menjelaskan bahwa selain pengukuhan, Bambang juga menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul ‘Pembelajaran yang Menyenangkan pada Setiap Generasi’.


Dalam orasi ilmiahnya, Bambang menyampaikan bahwa terdapat perbedaan pembelajaran antara generasi lampau dengan generasi saat ini. “Sumber media pembelajaran generasi lampau dengan generasi sekarang sangat berbeda. Dulu, saat mati lampu, generasi lampau masih bisa belajar dengan menggunakan lampu petromak. Hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh generasi sekarang, karena mengingat media pembelajaran saat ini mayoritas menggunakan sumber daya listrik,” ujar Bambang.

Artikel Lainnya :  Manfaatkan Tumbuhan Organik, Mahasiswa Stikom Surabaya Sukses Ciptakan Bisnis Makeup Olive Organic


Bambang melanjutkan bahwa dengan melihat perbedaan-perbedaan tersebut, tenaga pendidik harus bisa memahami perbedaan gaya belajar pada tiap generasi. “Dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, kita sebagai pendidik harus tetap beradaptasi dengan kemajuan teknologi untuk memberikan gaya pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak. Maka dari itu, kita perlu Smart Learning,” sambung Bambang.


Menurut Bambang, Smart Learning adalah pembelajaran yang bisa mewadahi tiap karakteristik belajar anak-anak. Ia bercerita bahwa pada tahun 2017, ia bersama teman-teman peneliti telah menghasilkan Learning Management System (LMS) bernama MoLearn untuk siswa SMA. “Melalui MoLearn yang bisa diakses melalui web dan android, para siswa bisa mempelajari bahan-bahan ajar dan bisa melakukan ujian dari MoLearn,” kata Bambang.

Artikel Lainnya :  Melestarikan Batik, bersama Doktor Batik dari Undika

Selain MoLearn, ia juga telah menciptakan LMS ‘Brilian’ untuk mahasiswa pada tahun 2014 yang dikembangkan bersama teman-teman peneliti di Universitas Dinamika. Di dalam ‘Brilian’, mahasiswa bisa mengakses materi, pengumuman, daftar kehadiran, cek plagiarisme, dan online learning dalam satu tempat. Hingga pada tahun 2023, ‘Brilian’ dikembangkan menjadi Undika Futuristic Learning (UFL). “Melalui UFL, kita menerapkan pembelajaran blended dan hybrid learning, yang memudahkan mahasiswa untuk tetap mengikuti kelas di mana saja dan kapan saja,” ucap Bambang.


Dalam penutupnya, Bambang mengimbuhkan bahwa pembelajaran yang nyaman adalah keetika para dosen maupun pendidik bisa menyiapkan pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik, gaya belajar, dan perkembangan zaman. “Diharapkan ketiga hal ini bisa menciptakan pembelajaran yang nyaman dan berujung pada peningkatan hasil belajar,” pungkas Bambang. (tta)