D’Media (18/03/2022) – Jabatan presidensi yang dipegang oleh Indonesia
dalam Forum G20 tidak hanya menjadi sebuah prestasi luar biasa bagi Indonesia
namun juga memberikan angin segar bagi pertumbuhan perekonomian di masa pandemi.
G20 sendiri merupakan forum ekonomi utama dunia yang memiliki arti penting di
mata dunia karena secara kolektif mewakili sekitar 65% penduduk dunia, 79%
perdagangan global dan 85% perekonomian dunia.
Adanya tanggung jawab
yang diemban oleh Pemerintah Indonesia ini tentunya berpengaruh pada
pertumbuhan perekonomian di Indonesia karena dengan begitu Indonesia bisa
mengambil peluang-peluang ada yang ada untuk meningkatkan ekonomi agar lebih
kuat. “Contohnya penjajakan export-import hingga kerjasama kamar dagang
Indonesia yang memungkinkan untuk meningkatkan kinerja UMKM,” ujar Dr. Achmad
Yanu Alif Fianto, S.T.,MBA, salah satu dosen S1 Prodi Manajemen Universitas
Dinamika (Undika).
Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia dipercaya mampu untuk memberikan peran dan kontribusinya yang
strategis dalam kesejahteraan dunia, perdamaian abadi dan juga dalam hal-hal
kemanusiaan. “Menurut saya peran dan kontribusi Indonesia ini memiliki posisi
yang strategis dalam kancah perpolitikan dunia khususnya menekankan kestabilan
dunia dan perdamaian bersifat abadi,” lanjut Yanu. Ia menuturkan bahwa
Indonesia patut bersyukur karena memiliki kesempatan dan suara yang nantinya
bisa didengarkan oleh negara-negara di dunia. “Terlebih Indonesia menjadi
satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tergabung dari G20,” tuturnya.
Lebih lanjut Yanu
yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah Strategi Bisnis ini menegaskan
bahwa ada 3 hal yang perlu diperhatikan oleh Indonesia selama menjalankan masa
presidensi ini. “Yang pertama kepercayaan dunia bahwa Indonesia bisa mewakili
negara lain untuk bisa menyuarakan aspirasi negara-negara di dunia dalam forum
G20,” ungkap dosen yang sudah mengajar di Undika selama 15 tahun ini. Langkah
berikutnya, Indonesia juga harus menerapkan perdamaian abadi dengan menjalankan
prinsip gerakan non-blok. “Jadi maksudnya adalah tidak memihak dari salah satu
blok manapun di dunia, tetapi memihak kepada perdamaian dunia,” lanjutnya.
Sedangkan hal ketiga yang perlu diperhatikan oleh Indonesia adalah harus bisa
menjaga kinerja secara konsistensi untuk bisa berperan secara strategis dalam
kancah internasional.
Oleh sebab itu, Yanu
berharap dengan diberinya amanat ini, Indonesia bisa menjalankan organisasi di
dunia dengan baik serta dapat megupayakan peningkatan perdamaian dan
perekonomian dunia. “Dan juga semoga skala ekonomi Indonesia bisa segera pulih
dari pandemic Covid-19,” pungkas Yanu. (Cla)