Permudah Para Pengrajin Batik dengan Alat Cap dari Limbah Duplex

Cetak
Image 19 May 2022

D’Media (18/05/2022)Proses membatik dengan canting sudah umum dilakukan oleh para pengrajin batik. Namun inovasi lain dibuat oleh salah satu alumnus S1 Program Studi Desain Produk Universitas Dinamika (Undika), Nabila Ali. Nabila yang merupakan mahasiswa angkatan 2017 ini membuat alat cap batik dengan memanfaatkan limbah duplex.

Bahan duplex yang seringkali berakhir menjadi kumpulan sampah plastik, dikreasikan menjadi motif cetakan batik dengan mengangkat kebudayaan Kota Jombang. “Jadi, motif cetakan yang saya buat ini mengandung filosofi Kota Jombang dengan unsur-unsur didalamnya ada motif bangunan ringin contong, buah durian, dan jam bol gondong,” ujar Nabila. Ia mengungkapkan bahwa selain karena Jombang adalah kota kelahirannya, ia ingin melestarikan budaya-budaya Kota Jombang lewat batik karena motif-motif tersebut belum banyak diaplikasikan pada batik.

Dalam proses pembuatannya, Nabila memilah limbah duplex yang masih layak digunakan, kemudian dibuat pola sesuai dengan desain yang diinginkan. Setelah pola terbentuk, duplex dipasang pada sebuah triplek yang pada bagian belakang sudah diberi pegangan untuk mempermudah proses membatik. Cetakan motif tersebut lalu dimasukkan ke dalam cairan malam yang sudah dipanaskan agar lebih kuat dan kokoh. “Dari proses yang sudah saya lakukan, proses menempelkan desain ke kertas duplexnya cukup detail sehingga saya harus teliti,” ungkap mahasiswa yang juga sempat magang di UD. Griya Amira ini.



Karya yang Nabila buat selama satu semester ini pun diapresiasi oleh Yosef Richo Adrianto selaku dosen pembimbing. “Ini hal yang bagus ya karena ini mendukung Eco Campus yang memang dilakukan oleh Undika karena bahan yang digunakan aman dan ramah lingkungan,” ujar Richo yang juga merupakan Kepala Program Studi S1 Desain Produk Universitas Dinamika. Selain itu, Richo menuturkan bahwa melalui karya inovasi ini juga merupakan salah satu cara untuk membantu memperkenalkan seni budaya di daerah tertentu. “Seni budaya batik ini perlu dikembangkan lagi sesuai dengan filosofi dan ciri khas daerah yang diangkat,” tutur Richo.

Melalui ini, Richo berharap bisa melakukan riset-riset bersama para mahasiswa Desain Produk yang lain dengan tujuan untuk membantu para pelaku UMKM khususnya pengrajin batik. “Terlebih di pemanfaatan teknologi ya, menurut saya para pekerja lokal perlu dibina untuk bisa memanfaatkan teknologi untuk bidang usahanya,” ungkapnya.